Desa cinunuk merupakan salah satu desa dari 9 desa yang berada di wilayah Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Desa Cinunuk terbagi menjadi 3 dusun yang masing masing dipimpin oleh Kadus (Kepala dusun). Jumlah penduduk Desa Cinunuk sebanyak 7975 orang, laki-laki sebanyak 4139 orang dan perempuan sebanyak 3836 orang. Desa Cinunuk memiliki luas wilayah sebesar 218,375 Ha. dengan batas wilayah sebelah utara dengan Desa Wanasari dan Desa Wanaraja, sebelah selatan dengan Desa Situsari, sebelah Timur dengan Desa Wanaraja dan Desa Tegalpanjang, kemudian sebelah barat dengan Kali Cimanuk.
Masyarakat desa cinunuk mayoritas bekerja sebagai buruh tani dikarenakan Sebagian besar wilayahnya berupa lahan sawah dan perkebunan, tetapi tidak sedikit juga yang menjadi karyawan perusahaan swasta ataupun membuka usaha rumahan atau UMKM. Untuk meningkatkan perekonomian desa sekaligus membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat, KKN Institut Teknologi Garut kelompok 5 telah melakukan observasi dan menemukan beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan. Potensi desa sendiri merupakan segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki desa sebagai modal dasar yang perlu dikelola agar dapat membantu kelangsungan dan perkembangan desa. Berikut beberapa potensi yang kami temukan:
- Wisata Air Cibolerang
Di Desa cinunuk, tepatnya di Dusun 1 terdapat sebuah mata air yang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang sedang dikembangkan oleh pihak BUMDes Mutiara Sejahtera Desa Cinunuk. Taman Air Cibolerang ini rencananya akan dibuat beberapa wahana seperti kolam renang mata air alami, danau atau situ mata air untuk wahana perahu dan rakit, area camping, Flying Fox Air dan berbagai wahana aliran sungai dan taman lainnya. Semua fasilitas akan terasa lebih menarik bagi pengunjung dengan suasana alam, udara sejuk dan juga view pedesaan yang masih asri dan spot foto yang aestetic.

2. Wisata Religi Makam Pangeran Papak
Eyang Papak/Pangeran Papak memiliki nama asli Raden Wangsa Muhammad. Beliau adalah putra dari Rd. Muhammad Djoewari, putra nomor 7 dari seorang ibu yang Bernama Ny.Rd.St Indjang. Menurut silsilah, Pangeran Papak merupakan keturunan dari Prabu Banjaran Sari atau Prabu Siliwangi Pajajaran, dari seorang ibu (istri) di Kraton Kerta Rahayu Balubur Limbangan bernama RATU AYU RAMBUT KASIH atau sebutan lain putri Buni Wangi.
Rd. Wangsa Muhammad adalah seorang Sunan yang adil dan bijaksana. Beliau juga tidak membeda bedakan derajat manusia sehingga beliau mendapat julukan dari masyarakat luas Bernama “Sunan Papak” atau pangeran Papak yang artinya adalah seseorang yang berbudi luhur dan tidak membeda bedakan harkat derajat manusia. Sebagai hiburan sehari-hari, beliau menyenangi berbagai macam kesenian, disamping sebagai hiburan, kesenian tersebut juga dijadikan sebagai jalan untuk menyampaikan ajarannya (Agama Islam) melalui pagelaran seni seperti: Wayang Golek, Reog, Tembang, Karinding, Pantun, Wawacan, Tari, dan juga salah satu kesenian hasil karya beliau yang sampai sekarang masih dilestarikan yaitu Surak Ibra.
Beliau wafat pada tanggal 17 sapar 1317 H atau tahun 1898 dan dimakamkan di pemakaman Cinunuk Hilir. Sampai saat ini sadel (sela) dan suling masih tetap ada di Cinunuk Hilir dan merupakan barang bukti peninggalan sejarahnya. Sekarang, makan Eyang Papak menjadi wisata religi yang sering dikunjungi oleh banyak orang secara rutin untuk berziarah dan mendoakan beliau.
3. UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM desa memiliki peran cukup strategis pada pembangunan ekonomi dalam skala nasional. Selain di perkotaan, UMKM desa juga dipandang mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang. Bahkan, pemerintah pun selalu mendorong UMKM di ranah pedesaan untuk bisa maju dan bersaing dengan jenis usaha lain dalam kancah internasional. Ada beberapa UMKM di Desa Cinunuk yang memiliki potensi untuk berkembang seperti Ladu, Rengginang, Rangining, Telur Asin, dan Ketupat. Masih ada beberapa aspek yang bisa ditingkatkan lagi dari UMKM tersebut seperti perluasan pasar, packaging, pemasaran, dan pemanfaatan teknologi untuk melakukan digital marketing.

4. Kesenian Surak Ibra
Surak Ibra atau Boboyongan merupakan kesenian asli asal garut, tepatnya di Desa Cinunuk Kec. Wanaraja yang diciptakan oleh Raden Wangsa atau biasa disebut Raden Papak. Surak dalam Bahasa Indonesia berarti bersorak, yang mana menjadi ciri khas dari kesenian asal Desa Cinunuk ini. Surak Ibra perlu dimainkan dengan perasaan semarak dan gembira, serta penuh sorak, biasanya dimainkan oleh 40-100 orang pemuda.
Salah satu pemain nantinya akan diboyong, diangkat tinggi-tinggi sebelum kemudian dilempar dan ditangkap kembali. Selain memboyong, yang menjadi ciri khas Surak Ibra adalah penampilan gerakan pencak silat para pemain dengan diiringi oleh pembawa obor, pemain gendang pencak, pemain dogdog, pemain angklung, pemain keprak, dan pemain pentungan bambu. Kesenian ini lahir sebagai bentuk sindiran terhadap Kolonial Belanda yang bersikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Seorang yang diboyong adalah simbol seorang pemimpin yang bertugas untuk menyatukan masyarakat.

Mungkin masih banyak lagi potensi-potensi Desa Cinunuk yang belum ditemukan yang suatu saat nanti pasti akan ditemukan dan diharapkan potensi-potensi tersebut bisa menjadi suatu acuan untuk dikembangkan sehingga dapat membantu perkembangan Desa terutama di bidang ekonomi.